17/04/2016

Pengertian beserta hukum dan tujuan Tafsir


Pada kesempatan ini saya akan membahas soal pengertian Tafsir yang mana postingan saya ini dilatar belakangi oleh pertanyaan teman saya sendiri, apa pertanyaannya ? 
Sudahlah.... tidak penting untuk dibahas, karena memang pertanyaannya tidak ada hubungannya dengan tema tafsir kali ini hanya supaya ada latar belakang saja.
mari kita lanjutkan saja postingannya tentang pengertian Tafsir.

Tafsir secara akar kata berasal dari kata ف-س-ر (fa-sa-ra) atau فَسَّرَ (fassara) yang bermakna بَيَنَ bayana (menjelaskan), dan وضَّحَ waddhaha (menerangkan). Dari sisi istilah : 
  • menurut Az-Zarkasyi dalam Burhan fi 'Ulum al-Qur'an, maksudnya adalah, "Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menerangkan maknanya, menyingkap hukum dan hikmahnya, dengan merujuk pada ilmu bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu, tashrif, bayan, ushul fiqih, qiraat, asbabun nuzul, dan nasikh mansukh.
  • Adapun menurut Az-Zarqani, "Tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-Qur'an dengan menyingkap maknanya (dilalah), dengan maksud yang diinginkan Allah SWT, sebatas kemampuan manusia." Definisi ini lebih ringkas daripada definisi di atas.
Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi SAW, berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya. Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia. Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.
Mempelajari tafsir hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman Allah ta’ala :
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ
”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad : 29).
Dan berdasarkan firman Allah ta’ala :
أَفَلاَ يَتَدَبّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىَ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad : 24).
Istidhlal dari ayat pertama adalah bahawa Allah ta’ala menjelaskan hikmah diturunkannya Al-Qur’an yang penuh berkah ini adalah agar manusia memerhatikan ayat-ayatnya dan mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya. Tadabbur adalah memerhatikan, mempelajari, dan merenungi lafadz-lafadz untuk mencapai maknanya (yang hakiki). Jika hal itu tidak dilakukan, maka luputlah hikmah diturunkannya Al-Qur’an, dan jadilah Al-Qur’an hanya sekadar lafadz-lafadz yang menjadi bacaan rutin yang tidak dapat memberikan pengaruh bagi orang-orang yang membacanya.
Hal ini disebabkan kerana pengambilan ibrah (pelajaran) itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Kesimpulan ayat pertama dan ayat yang kedua adalah bahawa Allah ta’ala mencela orang-orang yang tidak memerhatikan Al-Qur’an, serta mengisyaratkan bahawa hal tersebut termasuk penutup dan penghalang hati mereka, sehingga kebenaran itu tidak sampai kepada hati mereka.
Dulu, para salaful-ummah (umat terdahulu) berada di atas jalan yang wajib ini. Mereka mempelajari Al-Qur’an, baik lafadznya mahupun maknanya, kerana dengan cara itulah mereka akan mampu mengamalkan Al-Qur’an sesuai dengan yang dikehendaki Allah ta’ala. Kerana mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui maknanya adalah hal yang mustahil.
Berkata Abu Abdirrahman As-Salami, ”Telah menceritakan kepada kami orang-orang yang membacakan Al-Qur’an kepada kami seperti ‘Utsman bin ‘Affan, Abdullah bin Mas’ud, dan juga yang lainnya; bahawa apabila mereka mempelajari dari Nabi sepuluh ayat, mereka tidak menambahnya sampai mereka mempelajari pelajaran apa yang ada di dalam ayat-ayat tersebut, kemudian berusaha untuk mengamalkannya”. Mereka berkata,”Maka kami mempelajari Al-Qur’an, mengambil ilmu dari Al-Qur’an, dan sekaligus mengamalkannya”.
Berkata Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah,”Adat (tradisi) menghalangi suatu kaum untuk membaca sebuah kitab tentang suatu macam ilmu, seperti ilmu kedoktoran dan ilmu hisab, tanpa menuntut penjelasan untuk hal itu. Maka bagaimana dengan Kalamullah ta’ala yang merupakan tali pegangan mereka, dan dengannyalah (dapat diraih) keselamatan dan kebahagiaan mereka, serta tegaknya agama dan dunia mereka”.
Wajib atas ahli ilmu untuk menjelaskan hal tersebut kepada umat manusia, baik dengan tulisan mahupun dengan lisan, berdasarkan firman Allah ta’ala :
وَإِذَ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ الّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ لَتُبَيّنُنّهُ لِلنّاسِ وَلاَ تَكْتُمُونَهُ
”Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (iaitu) : Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya” (QS. Aali Imran : 187).
Dan penjelasan tentang Al-Qur’an kepada manusia itu bersifat menyeluruh, meliputi penjelasan tentang lafadz-lafadz dan makna-maknanya. Jadi, tafsir Al-Qur’an itu termasuk janji yang akan Allah minta pertanggungjawabannya kepada ahli ilmu untuk menjelaskannya.
Tujuan mempelajari ilmu tafsir adalah tercapainya tujuan yang terpuji dan buah yang mulia, iaitu At-Tashdiq (membenarkan) khabar-khabar Al-Qur’an dan mengambil manfaat dari khabar-khabar tersebut serta menetapkan hukum-hukumnya sesuai dengan yang dimaksud oleh Allah, iaitu agar dalam menyembah Allah ta’ala didasari atas bashirah (ilmu).



https://id.wikipedia.org/wiki/Tafsir
http://asyarh.blogspot.co.id/2014/06/bab-i-pendahulian-a.html
Load disqus comments

0 comments